Mengukur Kekuatan Madangkara dan Padepokan Gunung Saba
Kehadiran Panembahan Pasopati yang terkesan mendadak di Madangkara
menimbulkan pertanyaan besar. Kemunculannya terasa tidak lazim
ketika tensi hubungan antara Madangkara dan Padepokan Gungung Saba
sedang memanas pasca tewasnya Mariba di tangan Mantili. Dan di saat
lain Kijara pun sudah mengibarkan tantangan perang terhadap
Madangkara dengan mensabotase dan menghina symbol symbol Madangkara. Maka tidaklah mengherankan jika keberadaan Pimpinan Padepokan Gunung Saba tersebut menjadikan suhu politik Madangkara terasa semakin GERAH
DAN MEMANAS..!
NAMUN Benarkah kemunculannya sebagai bentuk
provokasi terhadap Madangkara..? Mungkinkah Padepokan Gunung Saba
NEKAT untuk menabuh genderang perang terhadap Madangkara..? Atau
mungkin Madangkara yang terlalu BERLEBIHAN dengan kehadiran pentolan
PGS tsb…? SEPERTINYA bola panas kini ada di tangan orang-orang
Madangkara..!
Ada hal besar yang membuat Madangkara mesti berpikir dua kali untuk tidak
angkuh membuat masalah dengan tokoh No.1 Padepokan Gunung Saba itu.
Karena bagaimanapun juga, Madangkara belum sepenuhnya mengetahui
seberapa besar kekuatan calon lawannya itu. Namun keberanian Kijara
dalam mencari masalah dengan Brama sudah bisa memberikan gambaran
seperti apa kekuatan yang ada dibelakang Padepokan Putih tersebut.
Menurut seorang Pendekar sekaligus Pengamat “militer” Ki
Raga Tantra, untuk menghadapi Madangkara dengan
Jawara-Jawara-nya, Padepokan Gunung Saba CUKUP mengerahkan 30
Murid-murid utamanya. Jelas ini bukan sebuah basa basi politik ataupun
manuver murahan dari seorang Ki Raga Tantra, melainkan hasil dari
sebuah pengamatan yang bersumber pada data dan bukti di lapangan.
Tentu saja, Madangkara pada kenyataanya di akui sebagai kekuatan no 2
di Jawa Dwipa setelah kerajaan Sumedang Larang . Ki Raga Tantra
memahami benar fakta –fakta itu. Disamping itu Pengalamannya sebagai
seorang pendekar yang pernah berurusan dengan Raden Samba membuktikan
adanya kekuatan- kekuatan besar yang berada di belakang Madangkara.
Menurut pengakuannya kepada Kijara, secara pribadi dia tidak gentar
kepada Raden Samba, namun yang dia takutkan adalah ikut campurnya
Jawara-jawara Madangkara dalam konflik tersebut..ini juga berarti Ki Raga
Tantra mengakui kehebatan jago jago Madangkara.
Namun mengapa Ki Raga Tantara dengan enteng mengeluarkan pernyataan
bahwa CUKUP dengan 30 murid Utama PGS , Madangkara bisa di luluh
lantakan..?! “Serapuh” itukah Madangkara atau mungkin Padepokan Gunung
Saba yang terlalu tangguh untuk ukuran Madangkara..? Mungkinkah prediksi
ini ada hubungannya dengan sejarah emas masa lalu dari para sesepuh
Gunung Saba..?
Seperti diketahui, Panembahan Pasopati adalah
keturunan langsung Adipati Natasuma. Disisi lain Adipati Natasuma dalam sejarahnya diakui sebagai seorang Panglima tangguh dan ahli siasat
perang. Lebih dari itu buyut Sang Panembahan ini dikenal mampu menaklukan sebuah kerajaan hanya dengan bermodal
pasukan 50 orang saja. Dan tidak mustahil hal yang sama akan
terulang lagi. Mungkin hal ini yang menjadi acuan Ki Raga Tantra
dalam memprediksi kekuatan PGS atas Madangkara.
Tidak
dipungkiri lagi bahwa pernyataan Ki Raga Tantra yang lebih menjagokan
PGS daripada Madangkara sebenarnya didasarkan pada sebuah kekuatan yang
dulu memback-up Sang Adipati . Dan kini kekuatan yang sama juga
sedang menaungi Padepokan Gunung Saba. . Sebuah kekuatan turun temurun
yang dianggap sebagai mitos-nya Jawa Dwipa..!
TIDAK
SALAH LAGI…! kekuatan besar yang menjadi kunci kemenangan itu tidak
lain adalah WARINGIN SUNGSANG..!! Sang Legenda Abadi… Legenda dari
Gunung Saba..!!
(Sebuah tantangan bagi jawara-jawara Madangkara seperti Radenmas Shamba Radiitya, maha guru Papa Tan, Dewi Rara Mariana Messah, Panglima Bernawa Armansyah Sutan Sampono, Patih Madangkara Riwadi Yusuf dan Jago Jago Madangkara lainnya hahaha)
Kehadiran Panembahan Pasopati yang terkesan mendadak di Madangkara menimbulkan pertanyaan besar. Kemunculannya terasa tidak lazim ketika tensi hubungan antara Madangkara dan Padepokan Gungung Saba sedang memanas pasca tewasnya Mariba di tangan Mantili. Dan di saat lain Kijara pun sudah mengibarkan tantangan perang terhadap Madangkara dengan mensabotase dan menghina symbol symbol Madangkara. Maka tidaklah mengherankan jika keberadaan Pimpinan Padepokan Gunung Saba tersebut menjadikan suhu politik Madangkara terasa semakin GERAH DAN MEMANAS..!
NAMUN Benarkah kemunculannya sebagai bentuk provokasi terhadap Madangkara..? Mungkinkah Padepokan Gunung Saba NEKAT untuk menabuh genderang perang terhadap Madangkara..? Atau mungkin Madangkara yang terlalu BERLEBIHAN dengan kehadiran pentolan PGS tsb…? SEPERTINYA bola panas kini ada di tangan orang-orang Madangkara..!
Ada hal besar yang membuat Madangkara mesti berpikir dua kali untuk tidak angkuh membuat masalah dengan tokoh No.1 Padepokan Gunung Saba itu. Karena bagaimanapun juga, Madangkara belum sepenuhnya mengetahui seberapa besar kekuatan calon lawannya itu. Namun keberanian Kijara dalam mencari masalah dengan Brama sudah bisa memberikan gambaran seperti apa kekuatan yang ada dibelakang Padepokan Putih tersebut.
Menurut seorang Pendekar sekaligus Pengamat “militer” Ki Raga Tantra, untuk menghadapi Madangkara dengan Jawara-Jawara-nya, Padepokan Gunung Saba CUKUP mengerahkan 30 Murid-murid utamanya. Jelas ini bukan sebuah basa basi politik ataupun manuver murahan dari seorang Ki Raga Tantra, melainkan hasil dari sebuah pengamatan yang bersumber pada data dan bukti di lapangan.
Tentu saja, Madangkara pada kenyataanya di akui sebagai kekuatan no 2 di Jawa Dwipa setelah kerajaan Sumedang Larang . Ki Raga Tantra memahami benar fakta –fakta itu. Disamping itu Pengalamannya sebagai seorang pendekar yang pernah berurusan dengan Raden Samba membuktikan adanya kekuatan- kekuatan besar yang berada di belakang Madangkara. Menurut pengakuannya kepada Kijara, secara pribadi dia tidak gentar kepada Raden Samba, namun yang dia takutkan adalah ikut campurnya Jawara-jawara Madangkara dalam konflik tersebut..ini juga berarti Ki Raga Tantra mengakui kehebatan jago jago Madangkara.
Namun mengapa Ki Raga Tantara dengan enteng mengeluarkan pernyataan bahwa CUKUP dengan 30 murid Utama PGS , Madangkara bisa di luluh lantakan..?! “Serapuh” itukah Madangkara atau mungkin Padepokan Gunung Saba yang terlalu tangguh untuk ukuran Madangkara..? Mungkinkah prediksi ini ada hubungannya dengan sejarah emas masa lalu dari para sesepuh Gunung Saba..?
Seperti diketahui, Panembahan Pasopati adalah keturunan langsung Adipati Natasuma. Disisi lain Adipati Natasuma dalam sejarahnya diakui sebagai seorang Panglima tangguh dan ahli siasat perang. Lebih dari itu buyut Sang Panembahan ini dikenal mampu menaklukan sebuah kerajaan hanya dengan bermodal pasukan 50 orang saja. Dan tidak mustahil hal yang sama akan terulang lagi. Mungkin hal ini yang menjadi acuan Ki Raga Tantra dalam memprediksi kekuatan PGS atas Madangkara.
Tidak dipungkiri lagi bahwa pernyataan Ki Raga Tantra yang lebih menjagokan PGS daripada Madangkara sebenarnya didasarkan pada sebuah kekuatan yang dulu memback-up Sang Adipati . Dan kini kekuatan yang sama juga sedang menaungi Padepokan Gunung Saba. . Sebuah kekuatan turun temurun yang dianggap sebagai mitos-nya Jawa Dwipa..!
TIDAK SALAH LAGI…! kekuatan besar yang menjadi kunci kemenangan itu tidak lain adalah WARINGIN SUNGSANG..!! Sang Legenda Abadi… Legenda dari Gunung Saba..!!
(Sebuah tantangan bagi jawara-jawara Madangkara seperti Radenmas Shamba Radiitya, maha guru Papa Tan, Dewi Rara Mariana Messah, Panglima Bernawa Armansyah Sutan Sampono, Patih Madangkara Riwadi Yusuf dan Jago Jago Madangkara lainnya hahaha)
Kijara dan Lugina
ReplyDeleteThank You and that i have a super give: How Much Should House Renovations Cost house renovation on a budget
ReplyDelete