Tentang kejujuran
Maka lihatlah, dari ubun-ubun hingga telapak kaki
Penuh dengan contoh buruk di seluruh negeri
Bukan hanya tokoh agama Anda, tokoh agama kami juga terjerat korupsi
Bukan hanya di penjara, ketika suap bekerja
Tapi juga di tempat dan kesempatan terhormat
Orang2 berlomba menyumpal sini, menyumpal sana
Jangan lupa saksikan, bagai bisik2 menggantang langit
Saat ujian nasional digelar di seluruh negeri
Cerita kecurangan bersemi, yang segera disumpal agar tidak menyebar
Sudah seperti ada tapi tiada, dibilang tidak sungguh ada kisahnya
Tentang budi luhur
Maka lihatlah, dari ujung ke ujung
Televisi dipenuhi dengan acara gosip murahan, lantas ibu2 berkerumun menonton
Skandal bisa jadi alat popularitas, semakin maksiat semakin ngetop
Dan remaja2, terlalu mengaminkan tontonan yang dilihatnya
Mentertawakan orang lain rating nomor wahid
Lantas terbawa sudah tabiat tidak santun dalam kehidupan nyata
Apalagi, di jalanan raya, telah berubah jadi rimba
Ketidaksabaran, ngotot, serempet sana, seruduk sini sudah biasa
Yang mengatur malah mencari kesempatan
Jangan tanya yang diatur, lebih runyam lagi
Tentang kerja keras
Maka lihatlah dari tepi ke tepi
Budaya instan adalah pilihan menawan, toh banyak contohnya
Potong kompas, salip sana, salip sini, semua ingin serba cepat
Mencari muka adalah resep terwariskan, bila perlu memakai topeng
Pencitraan menjadi kawan dekat, maka hipokrasi dirayakan besar2an
Apapun sungguh dilakukan atas nama kebutuhan dunia
Konsumerisme, kapitalisme, diguyur oleh gelombang budaya ini
Ketika materialisme menjadi dewa kehidupan
Ketika dunia maya di atas maya menjadi teman baik
Aduhai,
Remaja-remaja kami berontak di jalanan sudah biasa, kekerasan merebak jadi pilihan
Siapa yang peduli dengan teladan dan meneladani
Pesohor dengan segudang daftar bejat tetap jadi idola
33 gubernur di seluruh negeri, 18 jadi tersangka
Sekolah2 justeru menjadi ladang mata pencaharian
Bahkan agama, mungkin komoditas paling laku hari ini
Jurnalisme adalah senjata para penguasa
Dari ujung ke ujung, orang menjadi budak untuk membangun piramida modern
Artifisial saja rupanya, bedak kosmetik yang terlalu tebal
Aduhai, panjang sekali jika sajak ini akan diteruskan
Biarlah kita tutup sampai di sini saja
Dengan menyapa pujangga lama
Oh, bung Chairil Anwar,
Berpuluh tahun lalu, Anda pernah bilang dalam sebuah sajak,
"Aku ini binatang jalang"
Ternyata hari ini, kami terpaksa mengatakan,
"Kami sudah terlalu jalang untuk menjadi binatang"
Maka lihatlah, dari ubun-ubun hingga telapak kaki
Penuh dengan contoh buruk di seluruh negeri
Bukan hanya tokoh agama Anda, tokoh agama kami juga terjerat korupsi
Bukan hanya di penjara, ketika suap bekerja
Tapi juga di tempat dan kesempatan terhormat
Orang2 berlomba menyumpal sini, menyumpal sana
Jangan lupa saksikan, bagai bisik2 menggantang langit
Saat ujian nasional digelar di seluruh negeri
Cerita kecurangan bersemi, yang segera disumpal agar tidak menyebar
Sudah seperti ada tapi tiada, dibilang tidak sungguh ada kisahnya
Tentang budi luhur
Maka lihatlah, dari ujung ke ujung
Televisi dipenuhi dengan acara gosip murahan, lantas ibu2 berkerumun menonton
Skandal bisa jadi alat popularitas, semakin maksiat semakin ngetop
Dan remaja2, terlalu mengaminkan tontonan yang dilihatnya
Mentertawakan orang lain rating nomor wahid
Lantas terbawa sudah tabiat tidak santun dalam kehidupan nyata
Apalagi, di jalanan raya, telah berubah jadi rimba
Ketidaksabaran, ngotot, serempet sana, seruduk sini sudah biasa
Yang mengatur malah mencari kesempatan
Jangan tanya yang diatur, lebih runyam lagi
Tentang kerja keras
Maka lihatlah dari tepi ke tepi
Budaya instan adalah pilihan menawan, toh banyak contohnya
Potong kompas, salip sana, salip sini, semua ingin serba cepat
Mencari muka adalah resep terwariskan, bila perlu memakai topeng
Pencitraan menjadi kawan dekat, maka hipokrasi dirayakan besar2an
Apapun sungguh dilakukan atas nama kebutuhan dunia
Konsumerisme, kapitalisme, diguyur oleh gelombang budaya ini
Ketika materialisme menjadi dewa kehidupan
Ketika dunia maya di atas maya menjadi teman baik
Aduhai,
Remaja-remaja kami berontak di jalanan sudah biasa, kekerasan merebak jadi pilihan
Siapa yang peduli dengan teladan dan meneladani
Pesohor dengan segudang daftar bejat tetap jadi idola
33 gubernur di seluruh negeri, 18 jadi tersangka
Sekolah2 justeru menjadi ladang mata pencaharian
Bahkan agama, mungkin komoditas paling laku hari ini
Jurnalisme adalah senjata para penguasa
Dari ujung ke ujung, orang menjadi budak untuk membangun piramida modern
Artifisial saja rupanya, bedak kosmetik yang terlalu tebal
Aduhai, panjang sekali jika sajak ini akan diteruskan
Biarlah kita tutup sampai di sini saja
Dengan menyapa pujangga lama
Oh, bung Chairil Anwar,
Berpuluh tahun lalu, Anda pernah bilang dalam sebuah sajak,
"Aku ini binatang jalang"
Ternyata hari ini, kami terpaksa mengatakan,
"Kami sudah terlalu jalang untuk menjadi binatang"
ijin share ya gan,.
ReplyDeletetrimz....
thanks bro untuk apresiasinya, tapi yang berhak dalam hal ijin mengijin sebenarnya adalah broher Darwis sang pemilik karya hehehe
ReplyDelete