Saturday, June 9, 2012

G30S/PKI ; Pandangan Instan Dari Luar Garis

Tragedi hitam yang terjadi pada dekade 60-70an menyisakan banyak persoalan dan misteri sampai saat ini. Sejarah G30S/PKI dengan cerita dan berita yang setiap saat bisa berubah tergantung siapa dan bagaimana mereka memposisikan diri dalam menganalisa dan mengartikan peristiwa tersebut. Apakah sebagai korban, pelaku atau pengamat. Seorang sejarawan mungkin akan berbeda pandang dengan seorang politikus dalam memahami peristiwa yang sarat dengan latar belakang politik dan kekuasaan tersebut.

Mungkin saja generasi 70-80an jika ditanya tentang seputar peristiwa itu, mereka dengan lantang akan mengatakan bahwa itu adalah pengkhianatan PKI. Tetapi jika pertanyaan yg sama di ajukan pada generasi 2000-an, kemungkinkan jawabannya akan sedikit melunak dengan mengatakan bahwa itu adalah konflik internal Angkatan Darat, dimana oknum oknum PKI ikut terlibat di dalamnya. Dan entah di dekade berikutnya mungkin jawabannya akan berubah lagi karena memang sejarah adalah sesuatu yang relatif yang bisa berubah dan bisa “di ubah” menurut kepentingan masing masing. Sebab sejarah bukanlah ilmu pasti dimana satu tambah satu sampai kapanpun pun hasilnya akan tetap dua. 

Tidak tertutup kemungkinan kelak sejarah akan mengatakan bahwa PKI "hanya" korban politik dengan kata lain PKI dinyatakan bersih. Hal (perubahan jalan cerita) seperti ini di sebabkan juga karena penulisan sejarah sejak jaman dulu memang tidak pẻnah bisa menempatkan sebuah fakta secara obyektif sebagai satu satunya acuan dalam penulisannya.Seperti diketahui terkadang yang namanya sejarah tetaplah sebuah peristiwa yang berisi fakta dan cerita, sebab tidak mustahil penulisan jalan cerita sejarah bercampur dengan opini dan pemikiran individual seseorang, apakah itu dari nara sumber ataupun penulis sendiri. Dan ini memang sudah biasa terjadi pada kisah-kisah kontraversi dimana di dalamnya ada unsur kepentingan tertentu. Misalnya dalam hal ini, yang menjadi sumber berita adalah pemerintah (Orde Baru). Pemerintah dengan pemberitaannya tentu akan mengedepankan cerita dan fakta yang menguntungkan bagi dirinya. Tapi di sisi lain sangat menyudutkan korban. Sebaliknya yang menjadi korban (PKI atau korban lainnya) tentu saja akan memberikan fakta fakta seputar kejadian yang mereka anggap sebagai pembenaran atas “kesalahan” yang di timpakan kepada mereka. Begitu banyak alasan yang membuat penulisan jalan cerita sebuah sejarah akhirnya terlihat seperti saling bertentangan antara satu dengan yang lain. 

Dalam kaitanya dengan peristiwa G30S/PKI, menurut seorang pengamat sejarah dari Universitas Sekolah Dasar (USDAS) Prof. DR. Ir. Papuq Mael, MSc, MBA , menyimpulkan bahwa sampai saat ini kebenaran sejarah mengenai peristiwa G30S/PKI tentang latar belakang, pelaku dan tujuan utamanya masih bisa dikatakan gelap jika melihat fakta fakta dibawah ini. 

  • Keterangan antara pelaku gerakan saling tumpang tindih antara kesaksian tertulis dengan kesaksian lisannya 
  •  Adanya permintaan dari terdakwa pelaku gerakan untuk mendatangkan saksi saksi tertentu, namun pengadilan militer menolak dengan alasan tidak jelas
  • Suasana politik saat itu dimana kekuasaan politik berada pada kelompok tertentu, maka di kuatirkan bahwa semua proses pengadilan menurut kemauan dan kepentingan kelompok tersebut·         
  • Tertembaknya Aidit yang menjadi kunci utama kasus sehingga publik tidak bisa menerima informasi secara berimbang dari pihak yang tertuduh, khususnya Aidit sebagai Ketua umum PKI
  • Kesaksian salah satu tokoh kunci gerakan Syam Kamaruzaman yang  selalu mengatas namakan Aidit dalam setiap tindakannya (PKI). Bagi PKI khususnya Aidit, tentunya ini sangat merugikan, sekaligus menjadi keraguan pihak pihak tertentu, dimana di kemudian hari syam di sinyalir sebagai seorang agen ganda. Ini tidak lepas dari ketidak jelasan nasib Syam dikemudian harii, apakah di bebaskan atau  di hukum mati, dan lain sebagainya. 
     Dan khusus tentang peran dan tindakan  Soeharto, banyak hal yang dianggap aneh dan janggal terutama oleh mereka mereka yang menjadi korban pasca G30S/PKI.  Antara lain seperti;

1.  Anggota pasukan penculik sebagian adalah dari personel luar Jakarta yang justru Suharto sendiriyang mengundangnya dalam rangka memperingati HUT ABRI 5 Oktober
2.     Banyak perintah soekarno yang di tentang dan tidak dilaksanakan oleh  Suharto dengan alasan alasan tertentu.
3.   Ada beberapa perwira atau pejabat yang diduga terlibat gerakan ditahan tanpa proses pengadilan, yang menurut pihak yg dirugikan adalah upaya Mayjen.Suharto utk membungkam para pelaku dan saksi yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.
4.       Kedekatan antara Mayjen.Suharto dengan tokoh tokoh gerakan, dimana tokoh kunci gerakan 30 September sebagian adalah kawan dan mantan bawahan Mayjen. Suharto
5.    Kecepatan dan ketepatan Mayjen.Suharto dalam mengambil kesimpulan dan tindakan setelah peristiwa penculikan para jendral di indikasikan bahwa pak harto sudah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.
6.  Peristiwa peristiwa yang melibatkan peran Suharto mulai sebagai Pangdam Diponegoro, hubungan Mayjen. Suharto dengan beberapa jendral yang tidak harmonis. Dan sebaliknya adanya sejarah hubungan mesra Mayjen.Suharto dengan beberapa tokoh kunci Gerakan 30 September seperti Kol. Latief dan Letkol. Untung. 
7.  Keterangan Soeharto yang berbeda pada kasus yang sama (alasan kedatangan Kol. Latief menemui Soeharto di RSPAD pada malam hari menjelang dimulainya gerakan, antara di buku biografi dengan hasil wawancara  oleh sebuah media luar negeri di tahun 68 dan di tahun 70-an 

Dengan melihat faktor faktor  di atas, di tambah dengan sikap  dan tindakan Mayjen.Suharto  yang  terkesan lebih mengutamakan keputusannya sebagai Pangkostrad dibandingkan dengan  kebijaksanaan Presiden Soekarno sebagai kepala pemerintahan , maka oleh sebagian pengamat menilai bahwa adanya upaya kudeta merangkak yang sedang dan sudah  dilakukan oleh Mayjen.Suharto untuk merebut kekuasaan.

Namun terlepas dari semua itu, faktanya adalah adanya sebuah gerakan militer secara inkontitusional yang memaksakan kehendak tanpa melalui jalur jalur hukum. Sebuah tindakan diluar batas kewajaran yang sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dan apapun alasannya, Gerakan 30 September itu tetaplah sebuah kesalahan fatal dan mau tidak mau harus di tumpas. Dan Mayjen.Suharto telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang prajurit terlepas dari hal dan peristiwa yang memojokan posisinya saat itu.

Dan kembali ke pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah menemui jawabannya, jadi siapakah dalang,motivasi dan tujuan dari gerakan 30 September yang begitu banyak memakan korban rakyat yg mungkin tidak bersalah..? Inilah pertanyan sebagai PR yang semakin hari sepertinya akan semakin sulit terjawab. Karena disaat ada kesempatan pun para nara sumber  yang berkompeten tidak  mau dan mampu menjelaskan secara memuaskan. Padahal nara sumber itu dalah tokoh tokoh yang memiliki peran sebagai pelaku, saksi dan sekaligus korban juga.  Diantara tokoh tokoh tersebut, kita sebut saja, Jendral Nasution atau  Jendral Amir Mahmud. Keterangan dari dua tokoh inilah sebenarnya harapan terakhir untuk bisa sedikit menguak tabir peristiwa berdarah itu. Sebaliknya dilain pihak begitu banyak kita dapatkan informasi dari mereka  yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan, dan informasi (terbaru) yang di berikanpun kemungkinan berdasarkan kebencian, balas dendam, atau ketidak puasn yang tujuan akhirnya hanya sekedar ingin menciptakan opini publik saja. Dan ini jelas bertentangan dengan prinsif-prinsif penulisan sejarah.

Namun diantara jawaban jawaban yang sarat dengan kepentingan kepentingan tertentu, mungkin perlu rasanya kita membongkar arsip arsi usang yang selama ini tidak pernah kita hiraukan keberadaannya. Sebuah dokumen yang selama ini kurang diperhatikan karena isi dan makna sejarahnya tidak secemerlang Supersemar yang menjadi bahan ujian semester para siswa. Dibandingkan dengan isi Supersemar yang panjang namun begitu mudah di hapal, maka arsip ini sebenarnya lebih mudah lagi menghapalnya. Sebuah arsip tentang pembelaan diri seorang bapak pendiri bangsa dalam usahanya untuk tetap melihat berdiri tegaknya negara kesatuan RI. Sebuah analisa jujur dengan tujuan mulya dalam upayanya untuk menjaga anak-anaknya agar tidak terpecah belah. Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi dalam pelengkap Nawaksaranya di depan Sidang MPRS menguraikan  tiga pokok penjelasan yang berkaitan dengan peristiwa G-30 S, antara lain :

  1. Keblingeran pimpinan PKI,  Banyaknya tokoh tokoh teras PKI yang terlibat dalam perencanaan      dan          penggalangan massa, ataupun dalam rapat rapat yang berhubungan dengan gerakan 30 September.
  2. Kelihaian subversi nekolim, Amerika dengan CIA-nya atau mungkin Inggris. Ini memang bukan sesuatu yang luar biasa karena terbukti CIA banyak berperan penting dalam menjatuhkan sebuah pemerintahan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan Amerika, dan 
  3. Keberadaan banyaknya oknum-oknum yang “tidak benar”. Kemungkinan yang dimaksud adalah adanya oknum oknum yang memanfaatkan keadaan politik dan ketidak harmonisan antara PKI - Angkatan Darat – Soekarno atau mungkin juga yang memanfaatkan ketidak harmonisan diantara para petinggi Angkatan Darat Sendiri. Dan ini bisa saja termasuk dari semua unsur yang bersengketa apakah itu PKI atau militer sendiri.

Dan memang seperti itulah kenyataannya jika memperhatikan fakta yang terjadi, bahwa Gerakan 30 September adalah puncak dari Kelihaian Subversi Nekolim dalam bentuk provokasi-provokasi ( Dokumen Gilchrist yang berisi isu adanya Dewan Jendral ) utk mengadu domba tiga kekuatan saat itu (Sukarno- PKI - AD), yang oleh Oknum Oknum Yang Tidak Benar kemudian memanfaatkan Keblingeran Pimpinan PKI yang "terjebak" dengan bertindak membuat gerakan mendahului. Dan hasilnya adalah "hanya mampu" menculik dan membunuh para jendral dan kemudian membiarkan  dirinya ditumpas tanpa perlawanan. Sebuah gerakan "bodoh" yang hanya merugikan diri sendiri dan rakyat yang menjadi korban tentunya.  

Dan Prof.DR.Ir. Papuq Mail, MSc, MBA dalam catatannya juga menyebutkan, bahwa gerakan 30 September tidak lebih dari kumpulan orang orang "Revolusioner Ambisius" yang bermimpi merubah peta kekuasaan politik dengan cara melakukan operasi militer kilat dengan kode sandi operasi adalah Gestapu  alias "Gerakan Setengah Pukulan" atau "Gerakan Setengah Hati", Dan hasilnya adalah sia-sia..

No comments:

Post a Comment

Search